Prokrastinasi: Dipahami Dulu, Diatasi Kemudian


Tahukah kamu bahwa prokrastinasi biasanya baru mendapatkan perhatian ketika sudah menjadi kronis dan berdampak serius pada kehidupan? Ketika prokrastinasi masih berupa sekumpulan hal kecil dianggap wajar, ternyata sudah melekat menjadi bagian dari gaya hidup.

meme prokrastinasi
Nanti: besok yang tidak ada ujungnya.

Menurut penelitian, sebanyak 20% orang dewasa di seluruh dunia suka menunda-nunda. Sementara itu, sebuah publikasi di Psychological Bulletin menemukan bahwa 80-90% mahasiswa sering menunda nunda dalam menyelesaikan tugasnya.

Sebagai sebuah istilah yang sempat awam di masyarakat dan dewasa ini sering menjadi pembahasan, prokrastinasi bisa dibilang mengalami proses pemahaman yang masih berlanjut. Untuk memahaminya lebih jauh, simak yuk penjelasan berikut.

Masalah Utama Prokrastinasi Bukan Pengaturan Waktu

Prokrastinasi dianggap sebagai topik yang lucu, hanya dilihat sebagai kemalasan, atau pengaturan waktu yang buruk. Lebih dari itu, prokrastinasi dapat bersumber atas:

  1. Keharusan merasa terinspirasi atau termotivasi,
  2. Meremehkan lama waktu menyelesaikan,
  3. Menunggu waktu yang tepat,
  4. Berpacu pada kepuasan langsung,
  5. Keraguan pada diri sendiri,
  6. Ketidaknyaman, dsb.

Joseph Ferarri, seorang professor Psikologi dari Universitas DePaul di Chicago, menyebutkan, “Everyone procrastinates, but not everyone is a procrastinator.” Diidentifikasikan juga bahwa ‘It’s not about time.’ It’s often something deeper.”

Konselor Kesehatan Mental (LMHC) yakni Julia Baum mengungkapkan kesepakatannya bahwa masalah utama dari prokrastinasi bukan pada pengaturan waktu, melainkan pengaturan emosi. Namun, perihal masalah emosional yang belum selesai sering diasumsikan tidak berhubungan.

Penghindaran hal tersebut tidak berhubungan dengan prokrastinasi juga dapat memberikan dampak lain, terlebih apabila prokrastinasi yang dialaminya merupakan gejala atas masalah kesehatan mental tertentu seperti depresi, OCD, atau ADHD.

Bagaimana Strategi Mengatasi Prokrastinasi?

Prokrastinasi yang kronis layaknya sebuah jebakan. Maka, agar tidak terjebak dalam prokrastinasi yang lebih serius, masalah prokrastinasi dapat diatasi dengan strategi berikut.

Mengubah Pemikiran Irasional Menjadi Rasional

Photo by Ross Findon on Unsplash

Tidak semua orang bisa memahami apa yang dirasakan dan mengungkapkannya. Namun, pemikiran irasional juga perlu diatasi. Menurut Nathaniel Cilley, seorang LMHC di New York, terdapat empat inti keyakinan irasional dari REBT (Rational Emotive Behavior Therapy):

  1. Demands (tuntutan berupa pernyataan seharusnya, harusnya, dsb)
  2. Awfulizing (membayangkan kengerian atas situasi yang buruk)
  3. Low frustration tolerance (yakin bahwa perjuangannya gagal)
  4. Self-downing (mendefinisikan diri dengan konotasi negatif)

Berdasarkan metode yang dilakukan Cilley kepada kliennya, pemikiran irasional secara efisien dapat diganti dengan pemikiran rasional. Teknik tersebut membantu kita cepat tanggap mengambil tanggung jawab dan menyadari hak untuk mengubah.

Kesadaran atas pemikiran yang irasional dan rasional dapat terbangun. Ketika ada tekanan emosional dan perilaku yang merugikan diri sendiri menjadi lebih mudah untuk dipahami keberadaannya, sehingga bisa diatasi.

Berdamai dengan Proses Adaptasi

Ketidaknyamanan adalah teman utama saat seseorang melakukan adaptasi. Oleh karena itu, adaptasi seringkali menjadi fase panjang yang kurang menyenangkan untuk dialami. Ketidaknyamanannya biasanya datang dari banyak hal. Tidak sedikit dari kita yang menolak ketidaknyamanan tersebut sejak awal, bahkan sebelum memulai.

Alih-alih menekan perasaan tidak nyaman, perasaan tersebut dapat diakui. Kemudian, bertahan dengan perasaan ketidaknyamanan yang telah diungkapkan dan diakui. Kita belajar untuk duduk dengan ketidaknyamanan dan justru menghadapinya, bukan mengalihkan perhatian pada hal lain atau mengubahnya menjadi lebih nyaman.

Menjadikan Tugas Lebih Mudah Dicapai

Sebuah akhir selalu berawal dari permulaan. Prokrastinasi bermula dari hal yang tidak lekas dimulai. Dalam Jamesclear.com disebutkan, “Once you begin, it’s often less painful to keep working.” Pencapaian lebih efektif dengan beberapa langkah yang jelas dan mudah dicapai.

Photo by Ross Findon on Unsplash

Momentum akan muncul seiring pembentukan kebiasaan tersebut berlangsung. Pertanyaan “bagaimana melakukannya?”, bukan sekedar dipertanyakan, melainkan dibedah dengan membuatnya menjadi sebuah daftar harian sejumlah 3-6 buah.

Kemajuan kecil dan kecepatan penyelesain satu per satu dalam daftar tersebut dapat mengembangkan sikap produktivitas, terutama efektivitas. Ingatlah bahwa tantanganmu untuk menyelesaikan tugas adalah memulainya.

Cobalah untuk mematuhi urutan daftar yang telah dibuat berdasarkan prioritasnya. Tujuannya adalah melatih konsentrasi. Keadaan dan ganguan tidak terduga biasanya muncul. Abaikan sebisa mungkin dan kembali fokus pada daftar yang dibuat sesegera mungkin.

Memahami sumber keladi dan strategi mengatasi prokrastinasi merupakan langkah yang cermat. Selain itu, tidak perlu khawatir apalagi ragu untuk berkonsultasi. Get rid of or stick with it? The choice is truly yours.

Tinggalkan komentar